Tugas
kelompok 6
INTELEGENSI
(Tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan)
DOSEN PEMBIMBING : IIN YULIANTI, MA
DISUSUN OLEH :
NAMA NPM
MUHAMMAD
HABIBI 14110302
RIKA
YULIANA 1411030281
SITI
NUR HIDAYAH 1411030265

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN
INTAN LAMPUNG
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
TA 2015/1435 H
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Assalamualaikum warahmatullahi
wabarokatuh
Puji
syukur atas kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala, atas rahmat, hidayah dan
ridho-Nya, penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang membahas tentang
Intelegensi.
Tak lupa juga kami berterima kasih
kepada :
1)
Ibu
Iin Yulianti, MA., selaku dosen mata kuliah Psikologi Pendidikan.
2)
Kepada
kedua orang tua kami yang selalu mendoakan dan mendukung kami.
3)
Dan
kepada rekan-rekan yang telah membantu kami dalam menyelesaikan tugas makalah
ini .
Muatan
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun. Penyusun mengharapkan pula kiranya makalah ini dapat
bermanfaat, khususnya di jurusan Manajemen
Pendidikan Islam.
Terimakasih
Wassalamualaikum warahmartullahi
wabarokatuh
Bandar Lampung,
Mei 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL................................................................................ i
KATA
PENGANTAR.............................................................................. ii
DAFTAR
ISI.............................................................................................. iii
BAB
I PENDAHULUAN......................................................................... 1
A.
Latar
Belakang................................................................................. 1
B.
Rumusan
Masalah............................................................................ 1
C.
Tujuan.............................................................................................. 1
BAB
II PEMBAHASAN........................................................................... 2
A.
Pengertian
Intelegensi...................................................................... 2
B.
Faktor
yang Mempengaruhi Intelegensi Seseorang......................... 3
C.
Rumus
Menentukan Intelegensi (IQ) Tingkat Kecerdasan.............. 6
BAB
III PENUTUP................................................................................... 12
Kesimpulan.................................................................................................. 12
DAFTAR
PUSTAKA............................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Intelegensi
adalah kemampuan yang bersifat umum untuk mengadakan penyesuaian terhadap suatu
situasi atau masalah. Kemampuan yang bersifat umum tersebut meliputi berbagai jenis kemampuan
psikis seperti: abstrak, berpikir mekanis, matematis, memahami, mengingat,
berbahasa, dan sebagainya.[1]
B.
Rumusan Masalah
- Adakah faktor yang mempengaruhi itelegensi seseorang?
- Bagaimana cara mengetahui intelegensi seseorang?
C.
Tujuan
Menjelaskan
apa yang dimaksud dengan intelegensi. Memaparkan dengan jelas, dan memberikan
perhtungan intelegensi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Intelegensi
Sebelum kita
mengupas beberapa hal yang berhubungan dengan intelegensi, terlebih dahulu kita
mengenal konsep tentang intelegensi. Banyak definisi tentang intelegensi
menurut para ahli, beberapadi antaranya ialah :
1.
Super
& Cites (1962) mengemukakan suatau deinisi yang sering dipakai oleh
sementara orang ialah “Intellegence has frequently been defined as the
ability to adjust to the environment or to learn form experience” (intelegensi
telah sering didefinisikan sebagai kemampuan menyesuaikan diri dengan
lingkungan atau belajar dari pengelaman). Manusia hidup dan berinteraksi di
dalam lingkungannya yang kompleks. Untuk itu ia memerlukan kemampuan untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan demi kelestarian hidupnya. Hidupnya bukan
hanya untuk kelestarian pertumbuhan, tetapi juga untuk perkembangan
kepribadiannya. Karena itu manusian harus belajar dari pengalaman.
2.
Garret
memandang definisi Super & Cites terlalu luas, umum, kurang operasional.
Dengan mempelajari definisi itu orang masih mengalami kesulitan dalam
mengaplikasikan konsep itu. Karena itu Garrett (1946), mencoba mengemukakan
definisi intelegensi “intelligence, includes at least the abilities demanded
in the solution of problems which require the comprehension and use of symbols” (intelegensi itu
setidak-tidaknya mencakup kemampuan-kemampuan untuk pemecahan masalah-masalah
yang memerlukan pengertian serta menggunakan symbol-simbol). Manusia hidup
dengan menghadapi masalah yang harus dipecahkan agar manusia memperleh
keseimbangan dalam hidup. Untuk itu diperlukan kemampuan-kemampuan
pemecahannnya dengan menggunakan pengertian serta simbol-simbol.
3.
Bischof
(1954) seorang psikolog Amerika. Apabila Garrett mengemukakan definisi
intelegensi yang lebih khusus, maka Bischrof mengemukakan definisi yang lebih
luwes, namun bersifat operasional dan fungsionalbagi kehidupan manusia
sehari-hari. “intelligence is a ability to
slove problems of all kinds”
(intelegensi ialah kemampuan untuk memecahkan segala jenis masalah).
4.
Heidentich
(1970) rumusan definisi yang berbeda namun pengertiannya sama dengan definisi
Bischof, yaitu “intelegence refers to the ability to learn and to utilize
what has been learned in adjusting to unfamiliar situations, or in the solving
of problems” (intelegensi menyangkut kemapuan untuk belajar dan menggunakan
apa yang telah dipelajari dalam usaha penyesuaian terhadap situasi-situas yang
kurang dikenal, atau dalam pemecahan masalah-masalah). Manusia yang belajar
sering menghadapi situasi baru serta permasalahan, hal itu memerlukan kemampuan
untuk menyesuaikan diri serta memcahkan permasalahan yang dihadapi.
Apabila kita
amati keempat definisi di atas meskipun rumusannya berbeda namun mengandung isi
yang sama dan pengertian yang sama dalam arti yang tidak bertentangan. Dalam
dua definisi terakhir tersirat bahwa intelegensi merupakan kemampuan “problem
solving” dalam segala situasi yang baru atau yang mengandung masalah, mencakup
permasalahan pribadi, sosial, akademik cultural, serta permasalahan ekonomi
keluarga.[2]
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intelegensi Seseorang
Faktor-faktor
yang dapat mempengarudi intelegeni, ehingga terdapat prebedaan intelegeni
eeorang yang lain, ialah :
- Pembawaan, ditentukan oleh sifat dan ciri yang dibawa sejak lahir. Batas kesanggupan kita yakni dapat tidaknya memecahkan suatu soal, pertama-tama ditentukan oleh pembawaan kita. Orang itu ada yang pintar dan ada yang kurang pintar. Meskipun menerima pelajaran yang sama, perbedaan itu masih tetap ada.
- Kematangan, tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Tiap organ (fisik mapun psikis) dapat dikatakan telah matang jika ia telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing. Anak-anak tak dapat memecahkan soal-soal tertentu, karena soal tersebut masih terlampau sukar baginya. Organ dan fungsi jiwanya masih belum matang untuk melakukan mengenai soal itu. Kematangan berhubungan erat dengan umur.
- Pembentukan, ialah segala keadaan di luar diri diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelegensi. Dapat kita bedakan pembentukan sengaja (seperti yang dilakukan di sekolah), dan pembentukan tidak sengaja (pengaruh alam sekitar).
- Minat dan pembawaan yang khas, minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan-dorongan (motif-motif) yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar. Motif menggunakan dan menyelidiki dunia luar (manipulate and exploring motivasi). Dari manipulasi dan ekplorasi yang dilakukan terdapat dunia luar itu, lama-kelamaan timbullah minat terhadap seuatu. Apa yang membuat minat mendorong seseorang untuk berbuat lebih giat dan lebih baik.
- Kebebasan, kebebasan itu berarti manusia dapat memilih metode-metode yang tertentu dalam memecahkan masalah. Manusia memiliki kebebasan memilih metode, juga bebas dalam memilih masalah sesuai dengan kebutuhannya. Dengan adanya kebebasan ini berarti bahwa minat itu tidak selamanya menjadi syarat dalam perbuatan intelegensi.
Semua faktor
tersebut bersangkut-paut dengan yang lain. Untuk menentukan intelegensi atau
tidaknya seorang anak, kita tidak bisa hanya berpedoman pada salah satu faktor
tersebut. Intelegensi adalah faktor total, keseluruhan pribadi turut serta
menentukan dalam perbuatan intelegensi seseorang.
Dapatkah
intelegeni atau kecerdaan itu dapat diukur ? Bagaimana kita dapat menentukan
kecerdaan eeorang ? alah atu cara ialah dengan menggunakan te yang diebut Te
Intelegeni.
Orang yang
berjasa menemukan tes ini pertama kali ialah seorang dokter bangsa Perancis,
Alfred Binet dan pembantunya simon. Sehingga tesnya terkenal dengan nama Tes
Binet – simon. Seri tes Binet – simon ini pertama kali diumumkan antara 1908-1911 yang diberi nama chelle
matrique de intelligence atau skala pengukur kecerdasan. Tes Binet simon
terdiri dari sekumpulan pertanyaan yang telah dikelompokan menurut umur
(anak-anak umur 3-15 tahun). Pertanyaan itu sengaja dibuat mengenai segala
sesuatu yang tidak berhubungan dengan pelajran di sekolah. (mengapa?) seperti :
- Mengulang kalimat-kalimat yang pendek atau panjang
- Mengulang deretan angka
- Memperbandingkan berat timbangan
- Mencertakan isi gambar-gambar
- Menyebutkan bermacam-macam warna
- Menyebutkan harga mata uang, dan sebagainya.
Dengan tes
semacam inilah usia kecerdasan diukur/ditentukan. Dari hasil tes itu ternyata
tidak tentu bahwa usia kecerdasan sama dengan usia sebenarnya (usia kalender).
Sehingga dengan demikian kita dapat melhat perbedaan IQ (Intellegenci
Quintient) pada tiap-tiap orang atau anak.
Tes Binet simon
ini kemudian terkenal ke mana-mana. Di Jerman, Inggris, dan terutama di Amerika
te tersebut banyak digunakan dan diperbaharui/dikembangkan seuai dengan
kebutuhan daerah masing-masing. Orang yang terkenal dalam mengembangkan tes
intelegensi ini antara lain Bebertag (Jerman), Weahler (Inggris), dan Terman
(Amerika).
Dewasa ini
perkembangan tes itu telah demikian majunya sehingga sekarang terdapat
beratus-ratus macam tes verbal maupun non verbal.
C. Rumus Menentukan Intelegensi (IQ) Tingkat Kecerdasan
Kemampuan umum
atau intelegensi sesorang dapat diketahui secara lebih tepat dengan menggunakan
tes intelegensi. Di sekolah yang tidak memiliki tes intelegensi, nilai
rata-rata rapor murid dapat sebagai penggatinya. Karena raport adalah gambaran
tentang kecerdasan umum setiap anak. Melalui raport dapat diketahui tingkat
kecerdasan anak dibandingkan dengan teman-teman sekelasnya, namun belum
merupakan gambaran intelegensi yang standar. Untuk mengetahui tingkat
intelegensi seseorang secara pasti harus menggunakan tes yang standar.
- Tes Binet-Simon
Ini adalah tes
yang pertama kali diciptakan oleh Alferd Binet dan Theodore Simon tahun 1908 di
Perancis. Tes ini mulanya sangat sederhana dan hanya untuk anak-anak saja.
Akhirnya mendapat sambutan baik dari para ahli, sehingga banyak yang
menyempurnakannya. Para ahli yang merivisi tes Binet-Simon ialah:
a)
Kuhlmanun
tahun 1912 dan 1922
b)
Lewis
Terman dari Stanford university tahun 1915
c)
Mordan
tahun 1937
d)
David
Merril tahun 1937
Dengan menggunakan
tes intelegensi orang dapat menentukan tingkat kecerdasan atau intelegensi
quotient (IQ) seseorang. Untuk mencari IQ rumusnya ialah:
IQ =
100


Keterangan:
MA (Mental Age
atau umur Psikis), yaitu berapa tahun umur yang normal dapat setingkat dengan
kecerdasan anak yang bersangkutan, misalnya si Ali yang berumur 5 tahun dapat
menjawab soal tes sebanyak 20 soal dengan benar. Sedangkan anak normal yang
dapat menjawabnya adalah umur 6 tahun. Jadi, umur psikis Ali adalah sama dengan
6 tahun.
CA
(Chronological Age atau umur kalender), yaitu umur anak yang sebenarnya menurut
penanggalan kalender (Kalender). Ali misalnya CA-nya adalah 5 tahun, maka:
IQ Ali =
100 = 120


Angka IQ Ali sebesar 120 berarti ia
tergolong anak yang cerdas (superior). Di bawah ini dijelaskan arti dari angka
IQ:
140 – ke atas = Luar biasa cerdas (genius)
120 – 139 = Sangat Cerdas (superior)
110 – 119 = Pandai (di atas normal)
90 – 109 = Normal
80 – 89 =Dull (di bawah normal)
70 – 79 = Borderline (garis batas potensi)
50 – 69 = Debile
26 – 49 = Embicile
0 -25 = Idiot
Keterangan:
- Idiot: Tingkatan ini termasukkelompok individu terbelakang. Hanya mampu mengcapkan bebrapa kata saja. Juga tidak mampu mengurus diri sendiri, makan, minum, berpakaian, dan kegiatan lainnya. Mereka tidak dapat ditugasi sekalipun sangat sederhana. Pada umumnya harus berbaring selama hidup. Badan lemah, rentan terhadap penyakit, tidak mengetahui bahaya. Tidak bisa dididik dan kebanyakan berumur pendek.
- Embisil: Masih dapat belajar bahasa, bisa mengurus diri sendiri, ditugasi ringan seperti mencuci piring, mengepel lantai. IQnya rata-rata anak normal usia 3-7 tahun (MA : 3-7), tidak bisa sekolah bersama anak-anak normal.
- Debil: Dapat membaca, menulis, berhitung dalam hitung-hitungan sederhana.banyak di sekolah anak-anak normal, di sekolah masyarakat kurang atau belum maju.
- Dull (bodoh): Di bawah kelompok normal dan di atas kelompok terbelakang. Agak lambat dalam belajar, ada yang sulit menuntaskan SLTP, ada yang bisa menyelesaikan SLTP, tetapi sulit tuntas SLTA.
- Normal: Kelompok terbesar presentasenya di masyarakat. MA rata-rata = CAnya.
- Pandai: termasuk kategori high average (di atas normal)
- Sangat cerdas: Pada tingkatan ini, mereka mampu menyelesaikan pendidikan akademi dan biasanya menjadi leader.
- Genius: over genius, memecahkan masalah-masalah yang rumit dan sulit.
Dengan adanya
klasifikasi di atas maka sekaligus telah dapat diketahui, bahwa yang menjadi
ketentuan bagi intelegensi normal adalah skor IQ antara 90-109. Dengan
pertambahan usia anak, maka anak mengalami peningkatan intelegensi.
Peningkatan
skor intelegensi pada manusiaterutama terjadi secara pesat ketika manusia masih
anak-anak sampai umur 13 dan 15 tahun, setelah itu intelegensi peningkatan
secara lambat.[3]
- Tes Wechsler
Ini adalah tes
intelegensi yangdibuat oleh Wechsler Bellevue tahun 1939. Tes ini ada dua
macam. Pertama, untuk umur 16 tahun ke atas yaitu Wechsler Adult
Intelegensi Scale (WAIS), dan kedua tes untuk anak-anak yaitu Wechsler
Intelegensi Scale for Children (WISC).
Tes Wechsler
meliputi dua sub, yaitu verbal dan performance (tes lisan dan perbuatan atau
keterampilan). Tes lisan meliputi pengetahuan umum, pemahaman, ingatan, mencari
kesamaan, hitungan dan bahasa.
Sedangkan tes
keterampilan meluputi :
a)
Menyusun
gambar
b)
Melengkapi
gambar
c)
Menyusunbalok-balok
kecil
d)
Menyusun
bentuk gambar
e)
Sandi
(kode angka-angka)
Sistem scoring
tes Wechsler berbeda dengan Binet-Simon. Jika tes Binet-Simon menggunakan skala
umur maka Wechsler dengan skala angka. Pada tes Wechsler setiap jawaban diberi
skor tertentu. Jumlah skor mentah itu dikonveksikan menurut daftar table
konversi sehingga diperoleh angka IQ.
Persamaan tes
Wechsler dengan Binet-Simon yaitu keduanya dilaksanakan secara individual
(perorangan). Selain dikemukakan di atas masih adalagi tes ntelegensi lain yang
dipergunakan, yaitu tes Army Alpha dan Beta.
- Tes Army Alpha dan Beta
Ini digunakan
untuk men-tes calon-calon tentara di Amerika Serikat. Tes Army Alpha khusus
untukcalon tentara yang pandai membaca sedang Army Beta untuk calon yang tidak
pandai membaca. Tes ini diciptakan mulanya untuk memenuhi keperluan yang
mendesak. Dengan menyeleksi calon tentara waktu Perang Dunia II. Salah satu
kelebihannya dibandingkan dengan tes Binet-Simon dan Wechsler adalah tes ini
dilaksanakan secara serombongan (kelompok) sehingga menghemat penggunaan waktu.
- Tes Progressive Matrics
Tes intelegensi
ini diciptakan oleh L. S. Penrose dan J. C. Laven di Inggris tahun 1938. Tes
ini dapat diberikan secara rombongan dan perorangan. Berbeda dengan dengan
Binet-Simon dan Wechsler, tes ini tidak menggunakan IQ tetapi menggunkaan percentile.[4]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kecerdasan atau
intelegensi seseorang memberi kemungkinan bergerak dan berkembang dalam bidang tertentu
dalam kehidupannya. Sampai di mana kemungkinan tadi dapat direalisasikan,
tergantung pula kepada kehendak dan pribadi serta kesempatan yang ada. Jelaslah
sekarang bahwa tidak terdapat korelasi yang tetap antara tingkatan intelegensi
dengan tingkat kehidupan seseorang. Dari hasil-hasil penyelidikan yang
dilakukan ahli antropologi dan psikologi, juga masih disaingkan adanya korelasi
yang tetap antara bentuk/berat otak dengan intelegensi, antara bentuk tubuh
dengan kejahatan dan antara intelegensi dengan kemiskinan.[5]
DAFTAR PUSTAKA
Dalyono,
M. Psikologi Pendidikan. cet. 7. Jakarta: Rineka Cipta. 2012.
Purwanto,
M. Ngalim. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. 1990.
Soemanto, Wasty. Psikologi
Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. 2012.
[1] M. Dalyono, Psikologi
Pendidikan, cet. 7, Jakarta: Rineka Cipta, 2012, hlm. 124.
[3]
Drs. Wasty Soemanto, M.Pd., Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta,
2012, hlm. 154.
[4]
M. Dalyono, Opcit., hlm. 127.
[5]
Drs. M. Ngalim Purwanto, MP., Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1990, hlm. 52-59.
terima kasih banyak, postingannya sangat bermanfaat..
BalasHapusTerima kasih banyak kak
BalasHapus