Tugas KelompoK 10
ظنّ وأخواتها
(DZONNA
DAN SAUDARA-SAUDARANYA)
(Tugas Mata Kuliah bahasa Arab Profesi)
DOSEN : AHMAD RIFA’I, M.Pd.
DISUSUN
OLEH :
NAMA NPM
SITI NUR HIDAYAH 1411030265
YULIA PRATTA GUCCI 1411030273
Fak/Jur/Smt/Kls: Tarabiyah/MPI/3/E
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
TAHUN 2014/2015
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh
Puji syukur atas kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala, atas rahmat,
hidayah dan ridho-Nya, penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang
membahas tentang ظنّ وأخواتها (dzonna dan saudara-saudaranya).
Tak lupa juga kami berterima kasih kepada :
1)
Bapak Ahmad Rifa’I, M.Pd., selaku dosen mata kuliah
Bahasa Arab Profesi.
2)
Kepada
kedua orang tua kami yang selalu mendoakan dan mendukung kami.
3)
Dan
kepada rekan-rekan yang telah membantu kami dalam menyelesaikan tugas makalah
ini .
Muatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, penyusun
sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun. Penyusun mengharapkan pula kiranya makalah ini dapat
bermanfaat, khususnya di jurusan Manajemen
Pendidikan Islam.
Terimakasih
Wassalamualaikum warahmartullahi wabarokatuh
Bandar
Lampung, November 2015
Penyusun
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................. ii
DAFTAR
ISI............................................................................................... iii
BAB I
PENDAHULUAN............................................................................ 1
A.
Pendahuluan....................................................................................... 1
B.
Rumusan
Masalah............................................................................... 1
C.
Tujuan
Makalah.................................................................................. 1
BAB II
PEMBAHASAN............................................................................. 2
A.
Pengertian
Dzonna dan Saudara-saudaranya..................................... 2
B.
Macam-macam Dzonna waAkhowatuha ......................................... 2
BAB III PENUTUP................................................................................... 12
A.
Kesimpulan....................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 13
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kita kaum muslimin memaklumi, bahwa bahasa Arab adalah bahasa Al-qur’an.
Setiap umat muslim yang bermaksud menyelami ajaran Islam yang sebenarnya yang
lebih mendalam, tidak ada jalan lain kecuali dengan mampu menggali sumber dan
asalnya, yaitu Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW.
Oleh karena itu, menurut kaidah hukum Islam, mengerti akan ilmu nahwu bagi
mereka yang ingin memahami Alqur’an, hukumnya fardu ‘ain.
Dalam makalah ini akan dijelaskan sedikit dari pembagian ilmu nahwu tentang
dzonna dan saudara-saudaranya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian ظنّ وأخواتها?
2. Apa macam-macam ?ظنّ وأخواتها
C. Tujuan Makalah
Untuk
menjelaskan fungsi dzonna dan saudara-saudaranya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian ظنّ وأخواتها
Dzonna wa akhowatuha adalah fiil-fiil yang menasobkan mubtada dan khabar
mubtada dan menjadikannya sebagai dua maf’ulnya.
وامّا طننت وأخواتها فانّها تنصب المبتدأ والخبر على انّهما مفعولانلهاوهي
ظنت وحسبت وخلت وزعمت ورأيت وعلمت ووجدت واتّخذت وجعلت وسمعت
Dzonna dan saudara-saudaranya berfungsi menasobkan (dhomah) mubtada’ dan
khobar yang kedua-duanya menjadi maf’ulnya (maf’ul awal dan maf’ul kedua),
yaitu ظننت (aku menduga);زعمت خلت حسبنت (aku
menduga); علمت رأيت ووجدت (aku
telah mengetahui dengan yakin); وجعلت واتّخذت (aku menjadikan); ) سمعتaku telah
mendengar).
B.
Macam-macam ظنّ وأخواتها
اِنْصِبْ
بِفِعْلِ الْقَلْبِ جُزْأَي ابْتِدَا أَعْنِي رَأَى خَالَ عَلِمْتُ وَجَدَا
Nashabkanlah
sebab Fi’il Qulub terhadap dua juz ibtida (Mubtada dan Khabar), yakni aku
maksudkan adalah: Ro’aa, Khoola, ‘Alima, Wajada.
ظَنَّ حَسِبْتُ
وَزَعَمْتُ مَعَ عَدّ حَجَا دَرَى وَجَعَلَ اللَّذْ كَاعْتَقَدْ
Zhonna, Hasiba
dan Za’ama, berikutnya ‘Adda, Hajaa, Daroo, juga Ja’ala yg seperti arti
I’taqada (mempercayai).
وَهَبْ تَعَلَّمْ
وَالَّتِي كَصَيَّرَا أَيْضَاً بِهَا انْصِبْ مُبْتَداً وَخَبَرَا
dan Hab,
Ta’allam, juga yg searti dg lafazh Shoyyaro nashabkanlah juga dengannya
terhadap mubtada’ dan khobar.
Keterangan:
Bagian Bab dari
fiil-fiil nawasikh dzonna
dan saudara-saudaranya, menashabkan mubtada’
dan khobar sebagai dua maf’ulnya. Fi’il-fi’il pada bab
ini terbagi dua, Af’aalul Quluub dan Af’aalut Tahwiil.
1.
AF’AALUL QULUUB
Dinamakan Af'aalul Quluub karena maknanya berkaitan dengan
pekerjaan hati atau bersumber dari hati bukan pekerjaan anggota badan, seperti mengetahui,
mengira, ragu dan yakin semuanya merupakan pekerjaan yang bersumber
dari hati.
Secara makna berarti pekerjaan-pekerjaan yg ada dalam hati seperti mengetahui,
meyakini, menyangka, dll. Af’aalul Quluub dalam hal ini terbagi menjadi empat
bagian:
Ø Berfaedah
YAQIIN (meyakinkan ketetapan khobar), yaitu:
1.
WAJADA. Contoh:
إنّا وجدناه صابرا
Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar
إنّا وجدناه صابرا
Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar
2.
TA’ALLAM. Contoh:
تعلم أن الربا بلاء
Ketahuilah sesungguhnya harta riba adalah petaka
تعلم أن الربا بلاء
Ketahuilah sesungguhnya harta riba adalah petaka
3.
DAROO. Contoh:
وَلَا أَدْرَاكُمْ بِهِ
dan Allah tidak (pula) memberitahukannya kepadamu
وَلَا أَدْرَاكُمْ بِهِ
dan Allah tidak (pula) memberitahukannya kepadamu
Ø Berfaedah
RUJHAAN (lebih cenderung pada meyakinkan ketetapan khobar), yaitu:
1.
JA’ALA (bima’na beri’tikad) contoh:
وجعلوا الملائكة الذين هم عباد الرحمن إناثاً
Dan mereka menjadikan malaikat-malaikat yang mereka itu adalah hamba-hamba Allah Yang Maha Pemurah sebagai orang-orang perempuan
وجعلوا الملائكة الذين هم عباد الرحمن إناثاً
Dan mereka menjadikan malaikat-malaikat yang mereka itu adalah hamba-hamba Allah Yang Maha Pemurah sebagai orang-orang perempuan
2.
HAJAA, contoh:
حجوت الجوَّ بارداً
Aku memperkirakan cuaca dingin
حجوت الجوَّ بارداً
Aku memperkirakan cuaca dingin
3.
‘ADDA, contoh:
عددت الصديقَ أخاً
Aku menganggap teman itu sebagai saudara
عددت الصديقَ أخاً
Aku menganggap teman itu sebagai saudara
4.
HAB, contoh:
فقلت أجرني أبا مالك # وإلا فهبني أمرأً هالكاً
Aku Cuma mampu berkata: berilah aku kesempatan sekali lagi wahai Abu Malik! Jika tidak maka anggaplah aku sesuatu yg binasa.
فقلت أجرني أبا مالك # وإلا فهبني أمرأً هالكاً
Aku Cuma mampu berkata: berilah aku kesempatan sekali lagi wahai Abu Malik! Jika tidak maka anggaplah aku sesuatu yg binasa.
5.
ZA’AMA, contoh:
زَعَمَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنْ لَنْ يُبْعَثُوا
Orang-orang yang kafir berdalih bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan.
زَعَمَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنْ لَنْ يُبْعَثُوا
Orang-orang yang kafir berdalih bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan.
Ø Umumnya
berfaedah YAQIIN terkadang juga faedah RUJHAAN yaitu:
1.
RO’AA, contoh:
إِنَّهُمْ يَرَوْنَهُ بَعِيدًا وَنَرَاهُ قَرِيبًا
Sesungguhnya mereka memandang siksaaan itu jauh (mustahil). Sedangkan Kami memandangnya dekat (mungkin terjadi). (RO’AA pertama berfaedah RUJHAAN dan RO’AA kedua berfaedah YAQIIN).
إِنَّهُمْ يَرَوْنَهُ بَعِيدًا وَنَرَاهُ قَرِيبًا
Sesungguhnya mereka memandang siksaaan itu jauh (mustahil). Sedangkan Kami memandangnya dekat (mungkin terjadi). (RO’AA pertama berfaedah RUJHAAN dan RO’AA kedua berfaedah YAQIIN).
2.
‘ALIMA, contoh:
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, tuhan) selain Allah.
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, tuhan) selain Allah.
Ø Umumnya
berfaedah RUJHAAN terkadang juga faedah YAQIIN yaitu:
1.
ZHONNA, contoh Rujhaan:
فَقَالَ لَهُ فِرْعَوْنُ إِنِّي لَأَظُنُّكَ يَا مُوسَى مَسْحُورًا
lalu Fir’aun berkata kepadanya: “Sesungguhnya aku sangka kamu, hai Musa, seorang yang kena sihir.”
Contoh Yaqiin:
الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُمْ مُلَاقُو رَبِّهِمْ
(yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya
فَقَالَ لَهُ فِرْعَوْنُ إِنِّي لَأَظُنُّكَ يَا مُوسَى مَسْحُورًا
lalu Fir’aun berkata kepadanya: “Sesungguhnya aku sangka kamu, hai Musa, seorang yang kena sihir.”
Contoh Yaqiin:
الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُمْ مُلَاقُو رَبِّهِمْ
(yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya
2.
KHOOLA, contoh:
خِلتُ الدراسةَ مُتعةً
Aku menyangka belajar itu adalah bersenang-senang.
خِلتُ الدراسةَ مُتعةً
Aku menyangka belajar itu adalah bersenang-senang.
3.
HASIBA, contoh:
حسب المهملُ النجاحَ سهلاً
Orang iseng mengira kesuksesan itu mudah.
وَلَا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ غَافِلًا عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ
Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim
حسب المهملُ النجاحَ سهلاً
Orang iseng mengira kesuksesan itu mudah.
وَلَا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ غَافِلًا عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ
Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim
2.
AF’AALUT-TAHWIIL
Secara makna
menunjukkan pada perubahan sesuatu, yakni merubah dari satu keadaan kepada
keadaan yangg lain. Oleh karenanya dinamakan juga af’aalut-tashyiir, karena
semua kata kerja pada bagian ini mempunyai arti syuyyiro (menjadikan). Yaitu:
1.
JA’ALA, contoh:
جعلت الذهب خاتماً
Aku jadikan emas itu sebuah cincin.
وقدمنآ إلى ما عملوا من عمل فجعلناه هبآء منثورا
Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan[1062], lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan.
جعلت الذهب خاتماً
Aku jadikan emas itu sebuah cincin.
وقدمنآ إلى ما عملوا من عمل فجعلناه هبآء منثورا
Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan[1062], lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan.
2.
RODDA, contoh:
رَدّتِ الاستقامةُ الوجوهَ المظلمة نيرةً
Istiqomah mengembalikan jalan kegelapan kepada terang benderang
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تُطِيعُوا فَرِيقًا مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ يَرُدُّوكُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ كَافِرِينَ
Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari orang-orang yang diberi Al Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman
رَدّتِ الاستقامةُ الوجوهَ المظلمة نيرةً
Istiqomah mengembalikan jalan kegelapan kepada terang benderang
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تُطِيعُوا فَرِيقًا مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ يَرُدُّوكُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ كَافِرِينَ
Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari orang-orang yang diberi Al Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman
3.
TAROKA, contoh:
تركت الطلاب يبحثون في المسألة
Aku membiarkan siswa-siswa itu membahas suatu masalah.
وتركنا بعضهم يومئذ يموج في بعض
Kami biarkan mereka di hari itu[893] bercampur aduk antara satu dengan yang lain,
تركت الطلاب يبحثون في المسألة
Aku membiarkan siswa-siswa itu membahas suatu masalah.
وتركنا بعضهم يومئذ يموج في بعض
Kami biarkan mereka di hari itu[893] bercampur aduk antara satu dengan yang lain,
4.
ITTAKHODA, contoh:
اتخذت طالبَ العلم صديقاً
Aku jadikan pelajar itu sebagai teman.
واتّخذ الله إبراهيم خليلا
Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya
اتخذت طالبَ العلم صديقاً
Aku jadikan pelajar itu sebagai teman.
واتّخذ الله إبراهيم خليلا
Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya
5.
SHUYYIRO, contoh:
صيرت الزجاج لامعاً
Aku jadikan kaca itu menjadi cermin.
صيرت الزجاج لامعاً
Aku jadikan kaca itu menjadi cermin.
6.
HAB, contoh:
وهبني الله فداء الحق
Semoga Allah menganugerahiku Fidaaul-haqq (balasan/tebusan kepada yg haq).
وهبني الله فداء الحق
Semoga Allah menganugerahiku Fidaaul-haqq (balasan/tebusan kepada yg haq).
أفعال التصيير
|
أفعال القلوب
|
||
الأمثلة
|
الأفعال
|
الأمثلة
|
الأفعال
|
فَجَعَلْنَاهُ
هَبَاءً مَنْثُوْرًا
يَرُدُّوْنَكُمْ
مِنْ بَعْدِ إِيْمَانِكُمْ كُفَّارًا
وَاتَّخَذَ
اللهُ إِبْرَاهِيْمَ خَلِيْلاً
صَيَّرْتُ
الطِّيْنَ خَزَفًا
وَهَبَنِيَ
اللهُ فِدَاكَ
|
جَعَلَ
رَدَّ
اِتَّخَذَ
صَيَّرَ
وَهَبَ
|
ظَنَنْتُ
زَيْدًا قَائِمًا
حَسِبْتُ
زَيْدًا عَالِمًا
خِلْتُ
عَمْرًا شَاخِصًا
رَأَيْتُ
زَيْدًا قَائِمًا
عَلِمْتُ
زَيْدًا عَالِمًا
زَعَمْتُ
زَيْدًا صَدِيْقًا
جَعَلْتُ
زَيْدًا قَائِمًا
أَحْجُوْ
أَبَا عَمْرٍو أَخَا ثِقَةٍ
فَلاَ
تَعْدُدِ الْمَوْلَى شَرِيْكَكَ فِى الْغِنَى
أَجِرْنِيْ
أَبَا مِالِكٍ وَإِلاَّ فهَبْنِيْ اِمْرَأً هَالِكًا
تَجِدُوْهُ
عِنْدَ اللهِ
إِنَّهُمْ
أَلْفَوْا آبَاءَهُمْ ضَالِّيْنَ
دَرَيْتُ
زَيْدًا قَائِمًا
تَعَلَّمْ
شِفَاءَ النَّفْسِ قَهْرَ عَدُوِّهَا
|
ظَنَنْتُ
حَسِبْتُ
خِلْتُ
رَأَيْتُ
عَلِمْتُ
زَعَمْتُ
جَعَلْتُ
حَجَوْتُ
عَدَدْتُ
هَبْ
وَجَدْتُ
أَلْفَيْتُ
دَرَيْتُ
تَعَلَّمْ
|
وَخُصَّ
بِالْتَّعْلِيْقِ وَالإِلْغَاء مَا مِنْ قَبْلِ هَبْ وَالأَمْرَ هَبْ قَدْ
أُلْزِمَا
Hukum Ta’liiq
dan Ilghaa’ hanya dikhususkan untuk Saudara-saudara Zhonna yg disebut sebelum
HAB! (lihat redaksi Bait-bait sebelumnya). Dan untuk HAB! Ditetapkan pada
bentuk amarnya saja (tidak mutasharrif)
كَذَا تَعَلَّمْ
وَلِغَيْرِ الْمَاضِ مِنْ سِوَاهُمَا اجْعَلْ كُلَّ مَا لَهُ زُكِنْ
Seperti juga ta’allam
(sama dengan HAB). Dan pada bentuk selain fi’il madhi (Zhonna dan
saudara-saudaranya) selain HAB dan TA’ALLAM, jadikanlah semua hukum yg biasa
berlaku pada fi’il madhinya.
Keterangan:
Telah disebutkan
pada keterangan bait sebelumnya bahwa fi’il-fi’il pada bab ini terbagi menjadi
AF’ALUL QULUB dan AF’ALUT-TAHWIL.
AF’ALUL QULUB dalam bab ini, ada yg mutasharrif dan ada yg tidak mutasharrif. Fiil yg mutasharrif selain HAB dan TA’ALLAM.
AF’ALUL QULUB dalam bab ini, ada yg mutasharrif dan ada yg tidak mutasharrif. Fiil yg mutasharrif selain HAB dan TA’ALLAM.
Selain bentuk
fi’il madhi dari fi’il-fi’il mutasharrif tersebut mengamal sebagaimana hukum
pengamalan yg biasa berlaku untuk fi’il madhinya. Sedangkan HAB dan TA’ALLAM
tidak diberlakukan kecuali bentuk Amarnya.
Hukum Ta'liq dan Ilgha tidak boleh masuk kepada fi'il-fi'il Tashyir
(أفعال التصيير) dan fi'il-fi'il qulub (أفعال القلوب) yang jamid (fi'il yang tidak bisa
ditashrif) yaitu ada dua هَبْ dan تَعَلَّمْ keduanya wajib shighat amer.
Diberlakukan
juga secara khusus pada fi’il-fiil qulub yg mutasharrif yaitu hukum TA’LIQ dan
ILGHA’:
TA’LIQ adalah:
meninggalkan pengamalan secara lafazh bukan secara makna (mengamal secara
Mahal/Maqom) dikarenakan ada lafazh yg menjadi pencegah (MAANI’). Contoh: “ZHONANTU
LA ZAIDUN QOOIMUN” Yg menjadi pencegah dalam contoh ini adalah huruf LAM.
ILGHA’ adalah:
meninggalkan pengamalan secara lafazh dan makna tanpa adanya AANI’ (lafazh pencegah amal). Contoh: “ZAIDUN
ZHONANTU QOOIMUN”…
وَجَوِّزِ
الإِلْغَاء لاَ فِي الإبْتِدَا وَانْوِ ضَمِيْرَ الشَّانِ أَوْ لاَمَ ابْتِدَا
Perbolehkan menghukumi
Ilgha (dzonna dan saudara-saudaranya – af’alul qulub utasharrif) yang bukan
berada di awal kalimat. Dan mengiralah dhamir syaen atau lam ibtida’…
فِي مُوهِمٍ
إِلْغَاء مَا تَقَدَّمَا وَالْتَزِمِ الْتَّعْلِيْقَ قَبْلَ نَفْي مَا
…didalam
perkataan seorang Muhim (anggapan benar) terhadap hukum Ilgha-nya yg ada di
awal kalimat. Dan wajibkanlah menghukumi Ta’liq padanya yg berada sebelum maa
nafi,…
وَإِنْ وَلاَ
لاَمُ ابْتِدَاءٍ أَوْ قَسَمْ كَذَا وَالاسْتِفْهَامُ ذَا لَهُ انْحَتَمْ
In naïf dan laa
nafi, demikian juga lam ibtida atau lam qosam. Adapun ta’liq juga wajib
dikarenakan ada istifham.
Keterangan:
Tiga bait
diatas menerangkan hukum ILGHA dan TA’LIQ pada dzonna dan saudara-saudaranya yg
berupa Af’aalul Qulub yg mutasharrif.
Hukum ILGHA
(pembatalan amal secara lafzhan dan mahallan) karena berada di tengah atau di
akhir kalimat. Contoh: AS-SIDQU ‘ALIMTU NAAFI’UN
AS-SHIDQU NAAFI’UN ‘ALIMTU “Aku tahu kejujuran itu bermanfa’at”. Apabila ada kalam wahem yg meng-ilgha-kan padahal ia ada di awal kalimat, maka dihukumi menyimpan dhamir syaen atau lam ibtida’, contoh: ‘ALIMTU AS-SHIDQU NAAFI’UN Takdir dhamir syaen : ‘ALIMTU HU ASSHIDQU NAAFI’UN
Takdir lam ibtida’: ‘ALIMTU LASSHIDQU NAAFI’UN
AS-SHIDQU NAAFI’UN ‘ALIMTU “Aku tahu kejujuran itu bermanfa’at”. Apabila ada kalam wahem yg meng-ilgha-kan padahal ia ada di awal kalimat, maka dihukumi menyimpan dhamir syaen atau lam ibtida’, contoh: ‘ALIMTU AS-SHIDQU NAAFI’UN Takdir dhamir syaen : ‘ALIMTU HU ASSHIDQU NAAFI’UN
Takdir lam ibtida’: ‘ALIMTU LASSHIDQU NAAFI’UN
Hukum TA’LIQ
(pembatalan amal secara lafzhan bukan mahallan). Dikarenakan ada Mani’ atau
pencegah. Pencegah tersebut berupa:
1. Huruf nafi
(MAA, IN dan LAA) contoh: وَظَنُّوا مَا لَهُمْ مِنْ
مَحِيصٍ وَيَعْلَمَ الَّذِينَ يُجَادِلُونَ فِي آيَاتِنَا مَا لَهُمْ مِنْ مَحِيصٍ وَتَظُنُّونَ إِنْ لَبِثْتُمْ
إِلَّا قَلِيلًا
2. Lam Ibtida’
contoh: وَلَقَدْ
عَلِمُوا لَمَنِ اشْتَرَاهُ مَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ
3. Lam Qosam
contoh: علمت ليحاسبن المرء على عمله
4. Istifham, contoh:
لِنَعْلَمَ أَيُّ الْحِزْبَيْنِ أَحْصَى وَإِنْ
أَدْرِي أَقَرِيبٌ أَمْ بَعِيدٌ مَا تُوعَدُونَ……………
لِعِلْمِ
عِرْفَانٍ وَظَنَ تُهَمَهْ تَعْدِيَةٌ لِوَاحِدٍ مُلْتَزَمَهْ
Bagi lafazh
‘ILMUN (yg mempunyai arti) ‘IRFAANUN (mengenal) dan ZHONNUN (yg mempunyai arti)
TUHAMATUN (menuduh), lazimnya muta’addi pada satu maf’ul.
وَلِرَأَى
الْرُّؤيَا انْمِ مَا لِعَلِمَا طَالِبَ مَفْعُوْلَيْنِ مِنْ قَبْلُ انْتَمَى
Dan bagi lafazh
RO-A (yg mempunyai arit RU-YAA (bermimpi) golongkanlah! pada hukum golongan
lafazh ‘ALIMA dengan menuntut dua maf’ul, sebagaimana disebutkan pada bait
sebelumnya (lihat disini awal bait bab zhanna dan saudara-saudaranya).
وَلاَ تُجِزْ
هُنَا بِلاَ دَلِيْلٍ سُقُوْطَ مَفْعُوْلَيْنِ أَوْ مَفْعُوْلِ
Di sini (bab
zhanna dan saudara-saudaranya) janganlah kamu memperbolehkan membuang dua
maf’ul ataupun satu maful dengan tanpa adanya dalil (yakni boleh apabila ada
dalil/penunjukan lafazh)
وَكَتَظُنُّ
اجْعَلْ تَقُوْلُ إِنْ وَلِي مُسْتَفْهَماً بِهِ وَلَمْ يَنْفَصِلِ
Jadikanlah
untuk lafazh TAQUULU (berbentuk fi’il mudhari’ mukhathab) berlaku seperti hukum
TAZHUNNU, jika ia mengiringi langsung adat istifham dengan tidak terpisah….
< ke bait berikutnya >
بِغَيْرِ ظَرْفٍ
أَوْ كَظَرْفٍ أَوْ عَمَلْ وَإِنْ بِبَعْضِ ذِي فَصَلْتَ يُحْتَمَلْ
Selain terpisah
oleh Zhorof atau yg serupa Zhorof (jar-majrur) atau ma’mulnya. Jika kamu
pisahkan dengan sebagian pemisah ini, maka pemisahan ini dibenarkan.
وَأُجْرِيَ
الْقَوْلُ كَظَنَ مُطْلَقَا عِنْدَ سُلَيْمٍ نَحْو قُلْ ذَا مُشْفِقَا
Juga lafazh
QAUL diberlakukan seperti hukum ZHANNA secara mutlak (tanpa syarat) demikian
menurut logat Bani Sulaim, contoh: QUL! DZAA MUSYFIQAN
BAB III
PENUTUP
Dzonna dan saudara-saudaranya berfungsi menasobkan (dhomah) mubtada’ dan
khobar yang kedua-duanya menjadi maf’ulnya (maf’ul awal dan maf’ul kedua),
yaitu ظننت (aku menduga);زعمت خلت حسبنت (aku
menduga); علمت رأيت ووجدت (aku
telah mengetahui dengan yakin); وجعلت واتّخذت (aku menjadikan); ) سمعتaku telah
mendengar).
Dzonna dan saudara-saudaranya
yang dapat menasobkan mubtada’ dan khobar itu bukan hanya fi’il madhi-nya saja
tetapi semua tashrif-annya juga, seperti; fiil mudhari’-nya, mashdar-nya, isim
fa’il-nya, dan sebagainya, contoh:
= أظنّ زيدا قائما
aku menduga bahwa zaed berdiri
وما ظنّي
زيدا جاهلا = aku tidak mengira (bahwa)
zaed orang yang bodoh.
DATAR PUSTAKA
K. H.
Moch Anwar, Ilmu Nahwu (Terjemahan Matan Al-Jurumiyan dan Imrithy), 1995, Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Lil Imam Abi Abdillah Muhammad bin Abdillah bin Malik Al-Andalusia, Kitab
Al-Fiyyah Ibnu Malik, Kediri: Peloso.
https://nahwusharaf.wordpress.com/terjemah-alfiyah-ibnu-malik/bab-zhonna-dan-saudara-saudaranya/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar