SISTEM PENDIDIKAN DI JEPANG



SISTEM PENDIDIKAN DI JEPANG

 DOSEN : ALI MURTADHO, M.S.I

OLEH:
SITI NUR HIDAYAH
NPM : 1411030265
JURUSAN : MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
SEMESTER : 3 (TIGA)
KELAS : E


Logo_IAIN_Raden_Intan_Bandar_Lampung.jpg
 








INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
TAHUN 2014/2015


BAB I
PENDAHULUAN
SISTEM PENDIDIKAN DI JEPANG

Bagi negara Jepang pendidikan merupakan alat yang berperan sangat penting guna meningkatkan Sumber Daya Manusia. Dimana kualitas pendidikan harus terus ditingkatkan karena mampu menentukan kualitas Sumber Daya Manusia pada suatu negara itu sendiri. Pendidikan diharapkan mampu mengembangkan kemampuan dan watak setiap individu di tengah peradaban bangsa. Jepang dianggap unggul dalam memajukan pendidikan yang ada di negaranya diamana Jepang terpilih sebagai negara dengan kualitas dan sistem pendidikan terbaik se-Asia dan tercatat sejak tahun 1970 negara Matahari Terbit ini mampu mengemban setiap tujuan-tujuan pendidikan yang telah dicanangkannya hanya dalam kurun waktu 25 tahun.  
Negara Jepang mampu menjadi negara yang unggul di berbagai bidang seperti : politik, ekonomi, sosial, budaya, teknologi, dll. Karena memiliki Sumber Daya Manusia yang berkualitas dan hal tersebut dapat terwujud apabila adanya kesadaran antara pemerintah dan warga masyarakat untuk memprioritaskan pendidikan guna mempersiapkan diri dalam tantangan lapangan pekerjaan, masa depan, serta kamajuan zaman yang kian menuntut keahlian setiap individunya. Budaya disiplin dan kerja keras orang Jepang turut berperan serta dalam pencapaian kesuksesan negara tersebut. Nilai-nilai positif dari negara Jepang patut kita terapkan dalam menyongsong kesuksesan dan kemajuan pada negara yang sedang berkembang seperti negara kita.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Sistem Politik
Politik pada awalnya berasal dari kata Yunani Politea. Plato (347 SM) memahami politik sebagai hal ikhwal mengenai negara. Pemikiran ini dikembangkan oleh murid-muridnya Aristoteles (322 SM) yang memahami politik sebagai seni mengatur dan mengurus negara.[1]
Jepang menjalankan sistem pemerintahan yang demokratis. Semua warga Negara yang sudah dewasa berhak memberikan suara dan mencalonkan dari pemilihan nasional dan pemilihan daerah. Sistem pemerintahan didasarkan pada konstitusi (undang-undang dasar) jepang yang kadang kala disebut konstitusi perdamaian. Dimana konstitusi perdamaian menentukan peranan besar, hak dan kewajiban rakyat, tanggung jawab berbagai instansi pemerintah serta berbagi aturan mengenai bagaimana pemerintahan dijalankan.[2]
B.     Struktur (jenjang) dan Jenis Pendidikan
1.      YOUCHIEN (Taman Kanak-kanak)/ Play Group (Kelompok Bermain). Termasuk dalam pendidikan prasekolah.
2.      SHOOGAKKO (Sekolah Dasar),
3.      CHUUGAKKO (Sekolah Menengah Pertama).
4.      KOOTOOGAKKO (Sekolah Menengah Atas).
5.      DAIGAKU (Universitas).
C.    Tujuan Pendidikan
  1.  Mengembangkan kepribadian secara penuh dengan
  2. Berupaya keras membangun manusia yang sehat pikiran dan badan,
  3. Yang mencintai kebenaran dan keadilan,
  4. Menghormati perseorangan,
  5. Menghargai kerja,
  6. Mempunyai rasa tanggungjawab yang dalam,
  7. Memiliki semangat independen sebagai pembangun negara dan masyarakat yang damai.
D.    Pendanaan Pendidikan
Sistem administrasi keuangan Jepang menyediakan dana secara bersama-sama bagi institusi-institusi pendidikan pemerintah, yaitu oleh pemerintah pusat, distrik, maupun kota praja. Dana-dana ini berasal dari berbagai jenis pajak, dan dari sumber-sumber lain. Dalam tahun 1980, 16.7 triliun yen dibelanjakan untuk keperluan pendidikan. Dari dana pemerintah tercatat US$ 64.800 juta yang berarti 19,7% persendari keseluruhan belanja pemerintah Jepang. Dari 14.9 triliun yen (pemerintah dan swasta) yang dibelanjakan untuk pemerintah dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi, 54,5% dialokasikan untuk wajib belajar, 17.9% untuk pendidikan menengah, dan 21.1% untuk pendidikan tinggi. Pada tahun 1992 dan 1994 pemerintah Jepang mengeluarkan dana sebesar 3.6% dari GNP-nya untuk pendidikan, dan apabila dihitung dari total pengeluaran pemerintah, jumlah itu ialah 10.4% di tahun 1992 dan 9.9% di tahun 1994.[3]
E.     Kurikulum Pendidikan di Jepang
Kehadiran kurikulum dalam sistem pendidikan dianggap penting, karena telah dirasakan oleh pengelola pendidikan akan fungsi dan perannyayang strategis. Oemar Hamalik dalam Wina Sanjaya (2008) menyebutkan tiga peranan dalam sistem pendidikan yaitu peranan dalam melakukan konservatif, kreatif, dan kritis (evaluatif). Peran konservatif adalah peran memelihara nilai-nilai baik untuk terus dikembangkan dalam kehidupan masyarakat. Peran kreatif adalah peran untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan tuntutan jaman. Peran kritis yaitu peran dalam “pengawalan” pengembangan masyarakat dalam konteks sosial, budaya, ekonomi, olitik, dan dimensi kehidupan lainnya.[4]
Kurikulum di sekolah didasarkan pada program studi seperti yang ditentukan oleh kementrian pendidikan. Ketentuan itu menetapkan kerangka dasar kurikulum untuk setiap level termasuk di dalamnya: objektif, isi struktusional, dan waktu yang disediakan. Dewan Pendidikan Distrik dan Kotapraja menyiapkan pedoman atau panduan pengembangan kurikulum di sekolah dan daerah mereka, dan masing-masing sekolah diminta menjabarkannya ke dalam program-program yang lebih rinci tetapi tetap mengikuti pedoman yang telah diberikan untuk program studi tertentu.[5] 
Kurikulum di sekolah-sekolah Jepang pada semua tingkatan mencerminkan tujuan kembar antara modernisasi dan persatuan. Tingkat dasar menitikberatkan pada pendidikan moral, music, dan sejarah Jepang serta memberikan pengantar untuk ilmu-ilmu praktis.[6]Perencanaan kurikulum melibatkan kementrian pendidikan, board of education, dan masing-masing sekolah. Namun tanggung jawab perencanaan kurikulum dibebankan kepala sekolah dan pelaksanaan kurikulum dilakukan melalui kerjasama semua staf pengajar.
Menurut Course of Study sekarang, kurikulum dirancang berdasarkan pada empat prinsip berikut:
a.       Setiap sekolah harus merencanakan kurikulum yang sesuai.
b.      Perencanaan kurikulum di masing-masing sekolah harus mengikuti peraturan dan course of study.
c.       Kondisi actual di masyarakat dan sekolah harus dipertimbangkan.
d.      Tahap perkembangan dan karakteristik pikiran dan bahan murid harus di pertimbangkan.[7]
Ada empat hal yang menjadi dasar semangat bagi proses belajar di jepang, yaitu:
a.       Semangat
b.      Sosialisasi
c.       Kreatif
d.      Cerdas[8]
F.     Sistem Ujian di Jepang
Ujian akhir pun tidak ada, karena SD dan SMP masih termasuk kelompok "compulsoy education” (dalam bahasa Jepang disebut ‘gimukyouiku’) atau istilah dalam bahasa Indonesia adalah "program wajib belajar“, sehingga siswa yang telah menyelesaikan studinya di tingkat SD dapat langsung mendaftar ke SMP.
SMP dan SMA, terdapat 2 kali ujian, yaitu Ujian Tengah Semester (chuukan tesuto) dan Ujian Akhir Semester (kimatshu tesuto). Tidak ada ujian nasional untuk menentukan kelulusan. Penilaian kelulusan siswa SMP dan SMA tidak berdasarkan hasil final test, tapi akumulasi dari nilai ulangan harian, ekstra kurikuler, mid test dan final test.[9]
G.    Isu-Isu Pendidikan Negara Jepang[10]
Terdapat beberapa masalah dan tantangan dalam pendidikan di Jepang, satu diantaranya adalah populasi sekolah yang terus meningkat jumlahnya terutama diperkotaan ditambah pula dengan gelombang anak muda yang cenderung berpindah ke kota. Ini berarti bahwa jumlah sekolah diperkotaan meningkat, terutama sekolah-sekolah menengah tingkat atas harus ditambah, sementara sekolah-sekolah di luar kota kehilangan populsinya. Peningkatan populsi sekolah, ditambah lagi dengan peningkatan teknologi di daerah-daerah perluasan industri nsional, yang cenderung semakin canggih, menyebabkan makin perlunya meningkatkan populasi perguruan tinggi. Deskan ini didukung dengan kekayaan masyarakat dan antusiasme orang-orang pendidikan. Pada tahun 1980-an, rasio populasi pendidikan tinggi adalah sekitar 39%, dan diantisipasi akan terus meningkat di tahun-tahun mendatang. Hal ini sangat didorong oleh kebutuhan pasar kerja atas tenaga yang berkualifikasi lebih tinggi sebagai dampak kemajuan teknologi.
Kemajuan iptek serta pergeseran distribusi tenaga di sector pasar kerja selanjutnya menuntut pendidikan tinggi mengubah tekanan atau prioritas program-program studi yang ada, dan juga harus dihayati pula di tingkat pendidikan dasar dan menengah. Bukannya pengajaran yang didasarkan pada ilmu pengetahuan (knowledge-based instruction) yang diutamakan, tetapi tekanan harus pada kreativitas dan pengembangan karakter setiap anak. Muncul di kalangan masyarakat Jepang keyakinan bahwa sistem pendidikan saat ini mengandung dua kelemahan yang sangat berbahaya.
Maka jelaslah bahwa memperbaiki mutu atau kualitas sistem pendidikan sekolah, memperbanyak dan meningkatkan mutu pendidikan tinggi, serta mendiversifikasi kesempatan pendidikan di dalam atau diluar sistem sekolah formal merupakan tugas pokok yang harus diselesaikan oleh masyarakat Jepang.



BAB III
KESIMPULAN
Berbagai keunggulan pendidikan di negara Jepang seperti pada jurusan : kedokteran, teknologi, sastra, dan seni serta masih banyak lagi merupakan keberhasilan sistem pendidikan Jepang yang secara gemilang telah mampu menjawab berbagai permasalahan mengenai Sumber Daya Manusia yang di butuhkan diberbagai bidang lapangan pekerjaan.
Sistem administrasi keuangan Jepang menyediakan dana secara bersama-sama bagi institusi-institusi pendidikan pemerintah, yaitu oleh pemerintah pusat, distrik, maupun kota praja. Dana-dana ini berasal dari berbagai jenis pajak, dan dari sumber-sumber lain. Pendanaan pendidikan di Jepang sejumlah 10.4% di tahun 1992 dan 9.9% di tahun 1994.
Kurikulum di sekolah-sekolah Jepang pada semua tingkatan mencerminkan tujuan kembar antara modernisasi dan persatuan. Tingkat dasar menitikberatkan pada pendidikan moral, music, dan sejarah Jepang serta memberikan pengantar untuk ilmu-ilmu praktis. Kurikulum sekolah di Jepang mengikuti tiga aspek, yaitu subjects ( kamoku), pendidikan moral (dotokukyoiku), dan ekstrakurikuler.
Terdapat beberapa masalah dan tantangan dalam pendidikan di Jepang, satu diantaranya adalah populasi sekolah yang terus meningkat jumlahnya terutama diperkotaan ditambah pula dengan gelombang anak muda yang cenderung berpindah ke kota. Jumlah sekolah diperkotaan meningkat, terutama sekolah-sekolah menengah tingkat atas harus ditambah, sementara sekolah-sekolah di luar kota kehilangan populsinya.
Tahun ajaran di Jepang dimulai bulan April dan berakhir pada bulan Maret tahun berikutnya. Pada umumnya sekolah di Jepang terdiri dari 3 (tiga) semester dalam satu tahun, dimana semester 1 mulai pada bulan April-Juli, semester 2 mulai pada bulan September-Desember dan semester  3 pada bulan Januari - Maret.



KOMENTAR PENULIS

Pendidikan anak usia dini memang tidak termasuk dalam pendidikan yang diwajibkan, namun pemerintah menyediakan sekolah TK atau yg disebut dengan Youchien. Sekolah Dasar usia 7-12 tahun, Sekolah Menengah Pertama usia 13 – 15 tahun, Sekolah Menengah Atas usia 15-18 tahun, Perguruan Tinggi usia 18-22 tahun.
Penempatan kurikulum di Jepang sangatlah ideal karena dapat menyesuaikan tiap daerah di setiap distrik, karena sistemnya yang desentralisasi. Sistem pendidikan di Jepang yang bersifat desentralisasi, yang terletak di setiap provinsi ini terlihat efek yang begitu jelas, terutama pada saat pelaksanaan ujian semester yang serempak di setiap daerahnya, yang menjadikan kemungkinan besar lulus 100% di tingkat SD dan SMP.
Di Jepang juga SD dan SMP terdapat di setiap distrik, di setiap sekolah maksimal ada 40 siswa, ini menjadikan setiap sekolah di Jepang dapat diperhatikan secara merata.. Di Jepang tidak ada sistem ujian, hanya ada ujian semester. Siswa yang telah lulus SD (6 tahun) dapat langsung melanjutkan ke SMP (3 tahun), karena masih termasuk wajib belajar (9 tahun), hamper 97% dikelola oleh pemerintah (negeri).
Tingkat SMA (3 tahun) kebanyakan menempuh pendidikan di luar kota, hal ini menjadikan jumlah sekolah di perkotaan meningkat dan harus ditambah, sementara sekolah-sekolah di setiap distrik semakin berkurang dan di tingkat ini sudah banyak lembaga pendidikan swasta.
Jenjang pendidikan di Jepang sama seperti di Indonesia. Kelulusan di Jepang  tidak berdasarkan pada nilai Ujian Nasional, kelulusan di tentukan dengan nilai keseharian. Namun untuk masuk ke Universitas di Jepang sangatlah sulit, ini yang di anggap  sebagai (jigoku= neraka) ujian neraka. Lulus dari sebuah perguruan tinggi di Jepang dapat dibilang mudah, karena tanpa susah payah SKS yang diperlukan untuk lulus dapat diperoleh.



DAFTAR PUSTAKA

Assegaf, Abd. Ranchman. 2003. Internasional Pendidikan, Sketsa Perbandingan               Pendidikan di Negara Islam dan Barat.  Yogyakarta: Gema Media.


https://www.academia.edu/7373047/Makalah_Perbandingan_Pendidikan_di_Indonesia_Jepang_dan_Finlandia.

Nugroho, Riant. 2008. Kebijakan Pendidikan Yang Unggul. Yogyakarta:    Pustaka             Belajar
Syah, Nur, Agustiar. 2001. Perbandingan Sistem Pendidikan 15Negara. Bandung:            Lubuk              Agung.
Thut, I. N. dan Adams, Don. 2005. Pola-Pola Pendidikan Dalam Masyarakat                   Kontemporer. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Yani, Ahmad. 2014. Mindset Kurikulum 2013. Bandung: Alfabeta.


[1] Dr. Riant nugroho, Kebijakan Pendidikan Yang Unggul, 2008. Cet.1, Yogyakarta: Pustaka Belajar, hlm. 37-38.
[2] Abd. Ranchman Assegaf, Internasional Pendidikan, Sketsa Perbandingan Pendidikan di Negara Islam dan Barat, Yogyakarta: Gema Media, 2003, hlm.172
[3] H. Agustiar Syah Nur, M.A, Perbandingan Sistem Pendidikan 15 Negara, Bandung: Lubuk Agung, 2001,  hlm. 146.
[4] Dr. Ahmad Yani, M.Si., Mindset Kurikulum 2013, Bandung: Alfabeta, 2014, hlm. 25-26.
[5] H. Agustiar Syah Nur, M.A, Ibid, hlm. 146.
[6] I.N. Thut dan Don Adams, Pola-Pola Pendidikan Dalam Masyarakat Kontemporer, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005, Cet. I, hlm. 480
[7] http://www.depdiknas.go.id/jurnal27/sistem-pendidikan-di-Jepang.htm
[8] http://nita3life.blog.friendstar.com/200/10/kurikulum-pendidikan-jepang.
[9]https://www.academia.edu/7373047/Makalah_Perbandingan_Pendidikan_di_Indonesia_Jepang_dan_Finlandia.
[10] H. Agustiar Syah Nur, M.A, Op.Cit, hlm. 148.
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sample Text

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua.

Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation test link ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat.

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *